Rupa Busana Kampus Dua
Foto dan teks: Ninda Nur Aidah/Suaka
Di Kampus 2 UIN SGD Bandung, aturan berpakaian setiap fakultas berbeda-beda, tetapi semua tetap merujuk pada prinsip yang diatur dalam Buku Pedoman Akademik, Bab Etika Akademik huruf B. Buku pedoman ini menegaskan etika berpakaian sesuai syariat Islam, yaitu menutup aurat, rapi, dan sopan. Meski demikian, tiap fakultas memiliki pendekatan yang unik, mencerminkan identitas dan filosofi mereka masing-masing.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK), misalnya, memiliki aturan berpakaian yang ketat. Perempuan diwajibkan mengenakan rok atau gamis, sementara laki-laki memakai celana bahan dan kemeja. Bagi FTK, aturan ini tidak hanya sebatas pakaian, tetapi juga sebagai pembentukan karakter calon pendidik agar terbiasa tampil rapi dan sopan.
Beberapa mahasiswa dari fakultas lain menganggap aturan ini terlalu kaku dan kurang mengikuti tren fashion. Namun, mahasiswa FTK sendiri melihat aturan ini sebagai bagian dari tanggung jawab mereka untuk menjadi teladan bagi siswa di masa depan, serta persiapan menghadapi dunia pendidikan yang menuntut integritas dan wibawa.
Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Devira (21) merasa aturan ini sangat sesuai dengan visi FTK. “Karena kan kita akan jadi contoh untuk murid-murid kita nanti ya, jadi harus mencerminkan pakaian yang lebih rapi dan sopan,” jelasnya, Kamis (30/10/2024).
Di sisi lain, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dan Fakultas Ushuluddin (FU) menawarkan kebebasan dalam berpakaian. Mahasiswa di kedua fakultas ini lebih bebas mengekspresikan gaya pribadi, namun tetap menjaga nilai kesopanan dan norma keislaman.
Beberapa jurusan menerapkan dress code tertentu setiap harinya. Sebagian mahasiswa mengenakan Pakaian Dinas Harian (PDH) pada hari Rabu dan Kamis, menunjukkan adanya kebijakan tak tertulis yang tetap menjaga norma dan identitas jurusan.
Mengenai hal tersebut Mahasiswa Ekonomi Syariah, Nabila (21) mengusulkan seragam fakultas jika diperlukan aturan bersama. “Kalau mau diseragamkan, sebenarnya sudah ada di setiap jurusan, kan harus wajib pakai baju jurusan di hari tertentu, nah mungkin itu bisa diseragamkan,” tuturnya.
Fakultas Ushuluddin, sebaliknya, tidak memiliki aturan serupa. Bagi mahasiswa FU, kebebasan berpakaian adalah ruang untuk mengekspresikan identitas, kreativitas, dan suasana hati. Gaya berpakaian di FU menjadi refleksi karakter, mulai dari gaya vintage hingga warna-warna lembut, yang merepresentasikan diri mereka di luar formalitas akademik.
Sementara itu, mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi, Gingga (22) memiliki filosofi tersendiri dalam berpenampilan. Baginya, memilih gaya yang sesuai dengan mood bisa memengaruhi emosi. “Kalau aku sih ya, setiap ada rencana untuk ber-stylish selalu ada filosofi tersendiri, aku matching-in dengan warna-warna yang santai biar menimbulkan emosi ceria juga,” jelasnya.
Pada akhirnya, keragaman aturan berpakaian ini memperkaya suasana Kampus 2 UIN SGD Bandung, menghidupkan kebanggaan tersendiri dalam ekspresi berpakaian yang beragam, di mana identitas mahasiswa, etika akademik, dan nilai kampus berpadu dalam ruang yang unik.
Redaktur: Afina Naqiyya Salsabila/Suaka
Leave a comment